Senin, 23 Februari 2015

18 Kata yang Kedua

Atra Senudin:
luput, lusuh, luruh

Maulana Rizki:
buku, baku, baka

Arya Dhimas:
seng, pijar, spion

Dadi Reza:
kerikil, kelelawar, tarung,

Kim Al Ghozali:
awan, angin, gelombang,

Sulis Gingsul:
dian, daun, sekolah


--------------------------------------------------------------------------------------------------------



TENTANG INGATAN
Atra Senudin


Jika desir angin 
Pantulkan gelombang pada awan  
Iringan kelelawar bersembunyi di balik daun. 

Sebelum gelap membawa cahayamu pulang 
Buku lusuh menjelma spion 
Memamerkan cerita yang luput 
Luruh dalam ingatan

Pertarungan diri dan ingatan 
Bukan kamuflase tentang cinta semata 
Pun dian tak mungkin menyulut sedikit asa 
Di atap rumah 
Tempat engkau berlindung 
Menjaga ingatan dari  putaran aksara waktu

" Aku bukan batu yang tersesat di kawah purnama. "

Di antara yang baka,  kau tetap lari dari nestapa 


--------------------------------------------------------------------------------------------------------


MENUNGGU
Aryadimas Ngurah Hendratno


Dian yang tak kunjung datang
Di antara daun musim semi
Gelombang dingin membawa angin padaku
baju lusuh tak mampu menahan gigil
rinduku padamu

pijar yang tak kunjung pergi
dibalik dinding sekolah kujajar buku-buku
dibilik pertarungan kujajar seng-seng
di tubuh kelelawar kugantung spion
bukan bahasa baku ketika kuhantar baka
luruh pada tubuh lusuh

kuminta awan menemani
menabur kerikil pada dian
menabur malam pada pijar        tersisa isak

                                               dihimpit rindu





2015
--------------------------------------------------------------------------------------------------------




surga android 2




Kelakar-kelakar kerikil
yang menerpa ujung telinga
memijarkan batu hatimu
mendiani jalanmu

“Seperti apakah wajah surga itu?”

Bolak-balik lusuh buku kau lasah
Tak kau temukan pertanyaan seperti yang pernah kau baca
spion-spion itu juga tak lagi spons yang mampu menyerap pertanyaan-pertanyaanmu
Sekolah beratap seng itu tentu tak seluas sekolah beratapkan awan
Angin menghembuskan daun-daun bisu yang sudah terlalu lama kau capit
Gelombangnya menghempaskan suara lirihmu yang pernah luruh

“Keluarlah!
Keluarlah dari persembunyianmu!
Tarunglah taring kelelawar itu!
Atau Kau takkan bisa luput
dari bahan baku maut yang baka,
NYAWAMU!”



==
Maulana Ramza Rizki

--------------------------------------------------------------------------------------------------------






DI TEPI FEBRUARI
Sulis Gingsul




Langitku sedang kertas hitam
Dan kata-katamu jadi bulan bintang.
Kauremangkan sajak tepi laut februari
yang sedang belajar mengutuhkan diri.

       "Mataharimu pijar dian haus
        Pelurumu pejal kerikil dingin
        Perisaimu rapuh daun kering.
        Petarung, pernahkah kau menang
                           melawan diri sendiri?”

Mari belajar bangun, katamu
meski cinta tak ada sekolahnya.
Mencatat yang terjadi di luar mimpi
tanpa mencacat
             yang lusuh, yang luruh,
             dan segala yang melintas
             di spion retak ini.

Gelombang seng produk pabrik-pabrik
Tak sebanding dengan gelombang rambutmu
      Yang seperti gelombang laut.
Yang baka melampaui segala yang baku
terluput dari sekapan buku-buku.

Sebentar lagi awan putih menaungi kita
Dan pupus daun pisang melindungi kelelawar kecil
dari mimpi manusia. Sebelum bocah penggiring angin
menjadikan hujan sebagai minuman kerbau dan sapi.

Aku berjaga di pinggiran sajak
Kulihat dirimu tampak utuh
tertidur di lembaran sajakku.
Kuingat kata-katamu. Lalu “Stttt!” kataku
kepada tanda baca yang berseru-seru
di selimutmu.



Denpasar, 2015

--------------------------------------------------------------------------------------------------------







PEMINTAL SUBUH



karena hujan luput mengeja sungai
maka tubuh awan hangus terbakar

angin luruh di atas bulan subuh
malam ganjil
tubuh tubuh tumbuh di gelombang nuh
langit tak berpijar
di mana bayang daun berdiam?

cicit cicit kelelawar
bertarung suara gemerincing kerikil
gerimis diam bersanggul lusuh atap seng

angin luruh di atas bulan subuh
hadir jibril dengan dian di tangan
jelma buku baku pertarungan hidup
telapaknya membentuk spion
mengalirlah sungai sungai ayat
sekolah baka pemintal subuh



( Kim Al Ghozali )

--------------------------------------------------------------------------------------------------------







Tidak ada komentar:

Posting Komentar